IAAI Tolak Pemasangan Chattra demi 'Keaslian' Candi Borobudur

1 week ago 4
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dengan tegas menolak rencana pemasangan Chattra di Candi Borobudur yang kabarnya akan dilaksanakan pada 18 September 2024.

Menurut Ketua IAAI, Marsis Sutopo, kajian yang menjadi dasar pemasangan tersebut dinilai tidak memenuhi standar akademis dan melanggar prosedur hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Marsis menjelaskan bahwa pemasangan Chattra ini didasarkan pada asumsi yang tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat. Proses kajian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menurut IAAI, tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya diterapkan dalam perubahan yang menyangkut situs cagar budaya, apalagi Borobudur adalah warisan dunia yang diakui UNESCO.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merusak Autentisitas Borobudur

Salah satu kekhawatiran terbesar yang disampaikan oleh IAAI adalah risiko hilangnya autentisitas Candi Borobudur jika pemasangan Chattra dilakukan tanpa kajian yang tepat. Borobudur bukan hanya sebuah bangunan cagar budaya, tetapi juga simbol kebanggaan nasional dan warisan sejarah yang sarat nilai spiritual.

Setiap perubahan yang dilakukan pada candi harus melalui prosedur yang sangat ketat untuk menjaga keaslian bentuk dan makna sejarahnya. Pemasangan Chattra, yang merupakan semacam payung hiasan yang biasa dipasang di atas stupa, menurut Marsis, tidak relevan dengan data sejarah asli yang dimiliki Borobudur.

Bukti-bukti ilmiah terkait pemasangan ornamen tersebut tidak ditemukan dalam catatan sejarah yang otentik. Jika tidak berhati-hati, pemasangan ornamen ini berpotensi mengubah struktur visual dan makna filosofis candi yang telah ada selama berabad-abad.

Kajian yang Perlu Peninjauan

Pakar warisan budaya, Daud Aris Tanudirjo, mengkritik proses kajian pemasangan Chattra yang dianggap tidak sesuai dengan prosedur yang benar. Tanudirjo menilai bahwa Kajian Dampak Cagar Budaya, yang seharusnya menjadi panduan untuk perubahan pada situs cagar budaya, belum memenuhi standar yang diperlukan.

Menurut Tanudirjo, kajian ini harus dilakukan oleh tim independen dan tanpa pengaruh pihak manapun. Proses yang benar seharusnya dimulai dengan studi kelayakan yang mendalam, diikuti oleh kajian teknis yang rinci. Hasilnya kemudian diajukan kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dan dilanjutkan dengan Kajian Dampak Cagar Budaya oleh tim netral.

Setelah itu, hasil kajian perlu disosialisasikan kepada publik untuk mendapatkan persetujuan yang lebih luas.Karena Borobudur merupakan situs warisan dunia UNESCO, setiap perubahan besar harus dikonsultasikan dengan UNESCO untuk memastikan bahwa perubahan tersebut tidak merusak nilai universal yang dimilikinya.

Kekhawatiran Hilangnya Status UNESCO

Penolakan ini juga terkait dengan kekhawatiran akan status Borobudur sebagai salah satu situs warisan dunia yang terdaftar di UNESCO. Jika pemasangan Chattra dilakukan tanpa prosedur yang benar dan tanpa persetujuan dari UNESCO, status Borobudur sebagai situs warisan dunia bisa terancam.Hal ini tentu akan menjadi kerugian besar bagi Indonesia, baik dari segi pariwisata maupun dari sisi kebanggaan nasional atas salah satu cagar budaya paling berharga di dunia.

Langkah IAAI untuk Menjaga Warisan Budaya

Untuk menegaskan penolakan mereka, IAAI berencana mengirimkan surat resmi kepada berbagai pihak terkait, seperti Menteri Agama, Mendikbudristek, Menko Maritim dan Investasi, serta Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Surat ini dimaksudkan untuk menyampaikan kekhawatiran mereka secara langsung dan meminta agar pemasangan Chattra dibatalkan.

Melalui penolakan ini, IAAI ingin menegaskan pentingnya menjaga keaslian dan integritas Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia. Borobudur bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga milik seluruh dunia, sehingga setiap perubahan yang dilakukan harus memperhatikan aspek-aspek sejarah, ilmiah, dan hukum yang ada.

Borobudur telah bertahan selama berabad-abad sebagai salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Tindakan sembarangan yang merusak keaslian atau mengubah struktur candi tanpa landasan yang tepat bisa berdampak besar pada kelangsungan statusnya sebagai warisan budaya dan situs wisata yang dihormati.

Bagaimana Masa Depan Borobudur?

Menjaga keaslian Candi Borobudur adalah tanggung jawab yang besar dan kompleks. Pemasangan ornamen baru, seperti Chattra, memerlukan pertimbangan yang mendalam dan harus mematuhi prosedur yang berlaku. Jika tidak dilakukan dengan benar, upaya pelestarian cagar budaya ini bisa terganggu, dan nilai historis yang melekat pada Borobudur bisa hilang.

Keputusan mengenai pemasangan ornamen bukan hanya soal menambah hiasan pada candi, tetapi lebih kepada bagaimana kita menjaga dan merawat warisan budaya yang berharga. Candi Borobudur bukan hanya situs bersejarah, tetapi juga simbol penting dari identitas dan kebanggaan nasional kita. Jika prosedur pelestarian tidak diikuti dengan seksama, kita berisiko merusak keaslian dan makna budaya dari candi ini.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setiap perubahan dilakukan dengan proses yang transparan dan sesuai dengan standar pelestarian yang ketat. Upaya untuk melestarikan Borobudur harus mencakup kajian yang mendalam dan konsultasi publik yang luas, agar candi ini tetap dapat dihargai dan dinikmati oleh generasi mendatang.

Keputusan yang diambil hari ini akan menentukan masa depan Candi Borobudur dan berpengaruh pada bagaimana warisan nenek moyang kita dipandang oleh dunia.


(bnl/bnl)

Read Entire Article