TNI AL Gagalkan Penyelundupan 86,4 Kg Narkoba di Perairan Sumut-Kalimantan

20 hours ago 3
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

TNI Angkatan Laut (AL) berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba berjenis kokain dan sabu seberat 86,4 kilogram. Penyelundupan kokain dilakukan di Perairan Pulau Berhala, Sumatera Utara, sedangkan sabu diamankan bersama pelakunya di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.

Aksi dilakukan dalam rentang waktu berdekatan. Pada 16 September 2024, TNI AL menemukan kokain. Sehari kemudian, TNI AL menangkap kurir sabu di Pulau Sebatik.

"Berdasarkan hasil patroli mendapati barang haram ini sebesar 84,75 kg kemudian yang itu ada dua sini. Dan masing-masing itu ada, semua ada 74 bungkus. Masing-masing ada yang 1,05 sampai 1,5 kg. Dan di Nunukan itu ada 1,065 gram (sabu), satu kilo kurang lebih dari satu kilo," kata Pangkoarmada RI Laksdya TNI Denih Hendrata kepada wartawan dalam jumpa pers di Koarmada, Jakarta Pusat, Kamis (19/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Denih Hendrata menjelaskan penyelundupan narkoba di Indonesia terhitung sangat rentan. Banyaknya pulau di Indonesia membuat upaya penyelundupan bisa datang dari mana saja.

"Kita harus tetap waspada karena dihadapkan kepada konstelasi geografi wilayah Indonesia ini adalah negara kepulauan, sehingga dari mana pun masuknya itu bisa mudah. Dan tanpa kerjasama informasi, tanpa kerjasama operasi tentu tidak akan bisa dilaksanakan," jelasnya.

TNI AL berjanji akan mempertebal pertahanan untuk meminimalisasi penyelundupan lewat jalur air. Seluruh sumber daya bakal dikerahkan untuk mengantisipasi penyelundupan kembali terjadi.

"Insyaallah kita akan pertebal bergantung dari bagaimana kemampuan kita bisa mengembangkan dari sisi teknologi, untuk bisa memantau setiap spot yang ada di laut. Karena kita punya banyak kapal perang dan kita juga punya teknologi yang di bawah puskodal masing-masing wilayah. Itu harus ditingkatkan juga dengan kerjasama puskodal dari masing-masing institusi termasuk dari BNN sendiri," jelas dia.

Pada kesempatan yang sama, Pangkoarmada I Laksda TNI Yoos Suryono mengungkapkan Selat Malaka adalah kawasan rawan terhadap penyelundupan barang ilegal. Terutama di Tanjung Balai Asahan, yang sudah terjadi untuk kedua kalinya.

"Itu yang pertama tanggal 15 Agustus, saya menangkap. Kemudian tanggal 16 Agustus saya press release di sana, itu sabu-sabu. Kemudian yang hari ini kemarin tanggal 16 September itu kita mendapat informasi dari unsur samping dari BIN, dari BAIS, dari masyarakat. Kita melaksanakan interoperability, kerja sama yang baik antarinstansi, itu kita mengerahkan satu KAL Tanjung Pandang," jelas Yoss Suryono.

Setelah berpatroli di sana, TNI AL menemukan dua bungkus besar kokain seberat 84,75 kilogram. Barang haram itu diduga sengaja didrop kemudian bakal diambil kurir.

"Tapi kita sudah mendapat informasi untuk itu langsung kita sergap," ucapnya.

Yoos menjelaskan kokain dibungkus kemudian diberi pelampung agar mengambang di lautan. Agar tidak berubah posisi, pelampung diberi sinker.

"Jadi ini ditemukan dalam kondisi mengapung, dikasih sinker jadi kalau di laut itu mas, kita tidak seperti darat. Bapak taruh di sini, diambil lagi di situ bisa. Kalau ada sinkernya dia tetap di situ," ungkap dia.

Selanjutnya, Pangkoarmada II Laksda TNI Ariantyo Condrowibowo menerangkan penangkapan kurir sabu berinisial T di Pulau Sebatik merupakan kerja sama dengan berbagai pihak. Sang kurir berhasil diamankan setelah sempat kabur menceburkan diri ke laut.

"Jadi pada saat pemeriksaan tersebut ada satu penumpang yang akan naik, kemudian dia kabur. Kemudian dikejar, dia menceburkan diri ke laut kita amankan, kita selamatkan," kata Ariantyo Condrowibowo.

Kemudian dari pemeriksaan kurir itu ditemukan ada dua bungkus paket sabu. Satu bungkus besar sekitar 500 gram, dan kemudian satu bungkus yang terdiri dari bungkus-bungkus kecil-kecil yang total beratnya juga sekitar 500 sekian gram.

"Sehingga totalnya ada 1.065 gram atau 1 kilo 65 gram. Ini adalah hasil tangkapan tangkap tangan yang kemudian akan kita kembangkan jaringan-jaringannya, mungkin yang bisa kita lacak bersama dengan BIN, BNN, maupun BAIS juga," ungkap dia.

(taa/taa)

Read Entire Article