Wanti-wanti Megawati soal Penyalahgunaan AI Bisa Picu Kediktatoran Baru

1 day ago 3
ARTICLE AD BOX

St Petersburg -

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan kekhawatirannya jika kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) disalahgunakan. Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mengatakan AI yang disalahgunakan bisa memicu kediktatoran baru.

Hal tersebut disampaikan Megawati dalam acara 'Dialogue of Rectors: How Artificial Intelligence is Reshaping the Future of Universities and Higher Education' dalam rangka ulang tahun ke-300 St Petersburg State University di St Petersburg, Rusia, Rabu (18/9/2024).

Putri Proklamator RI Sukarno ini awalnya mengutip pandangan Paus Fransiskus terkait AI. Dia mengatakan Paus Fransiskus berpandangan bahwa nasib kehidupan manusia tak boleh digantikan dengan mesin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam pandangan Paus Fransiskus, keputusan yang menyangkut nasib kehidupan umat manusia tidak boleh digantikan dengan mesin yang tidak memiliki jiwa kemanusiaan itu. Saya sangat sependapat dengan pernyataan tersebut," ujar Megawati.

Megawati mengatakan manusia memiliki kemampuan memadukan pikiran dan perasaan. Menurutnya, hal itu yang membedakan manusia dengan AI.

Dia menuturkan perkembangan AI yang dilepaskan dari rasa kemanusiaan bakal menimbulkan hal negatif. Salah satunya ialah memicu kediktatoran baru yang mengatasnamakan big data.

"Sekiranya perkembangan AI dilepaskan dari kemanusiaan, maka bisa terjadi suatu dictatorship baru yang mengatasnamakan big data dan kecerdasan buatan," ujar Megawati.

Megawati menegaskan dirinya bukan anti terhadap AI dan modernisasi. Namun, dia mengatakan perkembangan teknologi tetap harus digunakan oleh manusia untuk membantu dan mengatasi masalah kemanusiaan.

"Kepada Paus Fransiskus, saya beri masukan, ada sebuah peran yang mungkin diambil AI dalam mengatasi global warming. Menurut saya, apakah ini bisa jadi diskusi kita, apakah AI dapat berperan untuk menghentikan global warming?" kata Megawati.

"Intinya, pemikiran apakah AI punya lebih banyak keuntungan bagi manusia, atau sebaliknya. Menurut saya harus ada batas AI, di mana 'intelligence' itu harus tetap dikuasai oleh manusia," sambungnya.

Megawati mengatakan AI tak boleh jadi pembunuh kemanusiaan. Dia mengatakan semua pihak harus bekerja sama agar AI tidak disalahgunakan untuk melahirkan senjata pemusnah massal.

"Bukan jadi bagian alat pembunuh bagi kemanusiaan itu sendiri. Sementara teknologi yang hanya memicu lahirnya senjata pemusnah massal ataupun disrupsi bagi kemanusiaan harus dicegah penggunaannya," ucapnya.

Megawati pun mendorong agar ada aturan global terkait penggunaan AI. Dia mengatakan hal itu diperlukan agar tidak terjadi penyalahgunaan AI dan data untuk melakukan kolonialisme gaya baru.

"Kami merasakan derita kemanusiaan melalui penjajahan. Penjajahan dalam aspek apa pun, termasuk kolonialisme baru melalui penyalahgunaan data dan teknologi, harus diatasi melalui regulasi global," kata Megawati.

Megawati pun sempat terisak saat mengenang perjuangan bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Latin demi meraih kemerdekaan. Dia juga mengenang pidato Bung Karno di PBB berjudul 'To Build the World a New' yang substansinya masih penting hingga saat ini.

Sebagai informasi, Megawati didampingi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga serta Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Universitas St Petersburg, Connie Rahakundini Bakrie.

Wakil Ketua MPR sekaligus Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah, Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri Ismail, Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Kesowo, Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Rima Agristina, Anggota DPR RI Herman Herry, serta Samuel Wattimena selaku Anggota DPR RI terpilih.

(haf/idn)

Read Entire Article